Setelah mengikuti kelas pertama mata kuliah Perilaku Seksual (Senin/10-01-2014), saya sedikit banyak
berpikir tentang apa yang saya sudah dapatkan dari materi yang telah disampaikan. Well frankly speaking, I’m not that good in
pouring my thoughts into words. Sometimes words never mean what we want them to
mean, but alas I’ll try my best shot.
Hal pertama yang menangkap
perhatian saya adalah kalimat ‘We love
because we think we love’.
Ini adalah sebuah penyataan yang
dilontarkan berdasarkan sudut pandang teori kognitif. Sebetulnya konsep ini
pernah melintas dalam pikiran karena saya pernah membaca sebuah buku yang
kurang lebih mengargumentasikan tentang sumber eksistensi cinta, namun membaca
kalimat tersebut di layar proyektor ruangan kelas (sungguh unexpected), saya jadi kembali banyak merenung mengenai hal ini. Dalam
buku yang saya baca, Everything Is
Illuminated karya Jonathan Safran Foer (I
really devoured it by the way it is an enjoyable thoughtful book), salah
satu tokoh utama dalam buku itu menyimpulkan bahwa seringkali cinta itu sebetulnya ‘tidak ada’. Yang sesungguhnya ada
adalah ide kita (pikiran kita) akan cinta itu sendiri. Seringkali kita tidak
sesungguhnya mencintai namun kita pikir kita sudah mencintai (We don’t actually love them. We think we
love them).
Love does exist, but
rarely so. What we often love is our love for love, not the persons themselves.
Untuk mendukung refleksi pemikiran saya mengenai cinta dari sudut pandang
kognitif, berikut saya kutip sebuah bagian dari buku tersebut:
“… And when
Yankel said he would die for Brod, he certainly meant it, but that thing he would die for was not Brod… but his love for her.
And when she said, Father, I love you,
she was neither naïve nor dishonest, but the opposite: she was wise and truthful enough to lie. They reciprocated the
great and saving lie: that our love for things is greater than our love
for our love for things… willfully playing the parts they wrote for
themselves, willfully creating and
believing fictions necessary for life”. (Jonathan Safran Foer, 2002).
Pandangan teori kognitif juga
membawa saya berpikir bahwa kita juga seringkali jatuh cinta dengan ide dan
khayalan kita sendiri. Kita pikir kita mencintai orang itu, padahal
kenyataannya yang kita cintai adalah konsep kita mengenai orang itu. Kognisi kita membangun citra seseorang menjadi sedemikian rupa dalam pandangan kita, padahal orang tersebut belum tentu sedemikian adanya di realita sebenarnya.
A quote from the TV series, White Collar. |
Hal kedua yang menangkap
perhatian saya yaitu mengenai cinta dalam relationship.
Pernyataan bahwa passion hanya hadir
di awal hubungan namun inevitably
akan memudar merupakan hal yang wajar
dan normal. Kita tentu bisa mengharapkan hubungan yang menyenangkan, namun menginginkan
kepastian bahwa gairah akan selalu ada sepanjang hubungan berlangsung merupakan
harapan yang terlalu muluk. Passion memang salah satu elemen yang paling
penting, namun apabila tidak diiringi intimacy dan komitmen untuk menjalani hubungan
maka dapat dipastikan hubungan itu akan kandas seiring dengan memudarnya passion.
Kita sering salah mengartikan excitement sebagai cinta. Excitement
is not love. All the fun and
reckless silly things we do when we’re in love surely are exciting, but truth
is you can’t make a relationship based only on the excitement tingles. We can always love someone but we can’t always be in love with them. We need to feel safe and secure to bare our true colors open
in front of our partner, which is profound in working on a relationship out. You
certainly can’t do this if your partner could only excite you physically but
never could understand you as you truly are. I believe we all want our
relationship to be fun, but we don’t want it to be just for fun, right?
Quoted from www.brainpicking.org |
The last but not the least, we know that communication is also one of
the most important aspects of a healthy and satisfying relationship. Komunikasi
seharusnya tidak hanya dilakukan untuk membicarakan hal-hal yang baik saja, namun
juga dilakukan untuk membicarakan masalah yang ada. Jangan mengesampingkan
masalah yang belum terselesaikan dengan baik hanya karena ‘we don’t feel like talking
about it’. No. No, we should never
turn our back on the-so-called little problems. Menganggap remeh dan mengesampingkan
masalah-masalah sepele dalam hubungan bisa diibaratkan seperti menumpuk laundry kotor di bawah kolong ranjang. Lama-kelamaan
tumpukan laundry ini akan
mengeluarkan bau yang tidak enak, sama seperti tumpukan masalah ‘sepele’ yang
malah berkembang menjadi masalah-masalah lain yang lebih besar.
Mengkomunikasikan konflik
bukanlah hal yang mudah apalagi menyenangkan. Giving advices is something that anyone could do. Acting on it is what
matters. Susah untuk membicarakan masalah secara baik-baik saat kedua belah
pihak sedang naik pitam. Lebih susah lagi jika salah satu pihak memang tidak koperatif
dalam berkomunikasi: pasif dan tidak ada keinginan untuk menyelesaikan masalah.
Make sure you’re in a relationship with
someone who has the willing and efforts to work on things with you.
Saat kita merasa tersinggung oleh tindakan pasangan kita, maka hal yang bijaksana untuk
dilakukan adalah memberitahu dia secara baik-baik bahwa memang kita tidak suka.
Katakan tidak suka saat kita tidak suka. Katakan suka saat kita memang suka. Jangan
berdiam diri dalam ilusi bahwa entah bagaimana caranya pasangan kita itu tahu
bahwa kita sedang marah. Bentuk delusi yang paling sederhana adalah saat kita berharap seseorang bisa mengetahui penyebab kemarahan
kita hanya dengan melihat kita diam seribu bahasa. Pasangan kita berhak mengetahui apa yang kita rasakan dan kita berhak
mengungkapkan apa yang mereka perlu ketahui.
Well it's about time I quit my rattling, thank you for keeping up with me.
yuuhuuuuu just wanted to tell you again that this post is amazing! It's so good! and that is a completely objective, unbiased view, I swear! you've done good, girl! okay bye.
BalasHapusThank you dear! Really I struggled to find words, i'm glad you find it well and satisfying. Your compliments send me up over the roof.
HapusIvana~ seneng baca tulisannya! :D
BalasHapusijin share ya.
Ci Olin :D makasih, ak seneng ci olin bisa suka.
Hapussure, i'm pleased.