Sabtu, 22 Februari 2014

Knick-Knack on Sex

  Never had I ever thought that someday I would talk about penis, vagina, sex, orgasm and foreplay all at the same time on the internet but *tadaaaa* here I am doing exactly it.

  Oooookay *squeaky voice*, so it was an interesting class I had on last Monday (17-02-2014), the topic was gloriously captioned “Sexual Orientation and Sex Anatomy”, uh huh. We will going to talk about sex and the gang A LOT here, so for those of you who are: 1. Under-age, or 2. having sensitive-closed mind, please kindly stop reading because I don’t want to be accused of corrupting pure stainless souls: THIS IS A FRIENDLY FOREWARNING. Now let’s get on with it, shall we?

 Hal pertama yang diterangkan oleh dosen saya adalah pengertian dari Orientasi Seksual, yang berarti pola ketertarikan secara seksual, romantis, dan emosional terhadap suatu gender (laki-laki, perempuan, atau laki-laki dan perempuan). Melalui orientasi seksual ini kita mengenal konsep heteroseksual (ketertarikan antara dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda), homoseksual (ketertarikan antara dua orang yang memiliki jenis kelamin yang sama, misal: gay dan lesbian), dan biseksual (ketertarikan seorang individu terhadap kedua jenis kelamin secara seksual: bisa tertarik dengan laki-laki dan juga bisa tertarik dengan perempuan). I’m not going to say much about this but if there’s one thing I know for sure: things are not black and white when it comes to love and sex. Both are universal. There you go (if you catch my drift).

  Sejujurnya saya pusing sekali mencari kata-kata yang tepat untuk menulis mengenai topik sensitif semacam seks, namun saya tidak mau menyerah hanya karena kesulitan bodoh yang semuanya berdinding dan ber-atap kata tabu (taboo). Seks seharusnya tidak menjadi sesuatu yang memalukan atau tabu untuk dibicarakan. Justru sebetulnya seks menjadi terasa memalukan karena tidak pernah dibicarakan secara terbuka dan jelas. Sebelum saya mulai membahas seks, saya ingin berbagi mengenai apa yang saya pelajari tentang anatomi seksual (organ seks) di kelas Perilaku Seksual minggu lalu. 
cited from an article in thoughtcatalog by Charlie Morrigan, "The 69 Greatest Quotes About Sex".
  Anatomi seksual yang paling populer adalah penis dan vagina. Penis merupakan organ seksual pada laki-laki sedangkan vagina merupakan organ seksual pada wanita. Menurut saya, keduanya menjadi yang paling populer karena mereka adalah organ yang paling aktif digunakan untuk berkembang biak. Padahal banyak organ seksual penting lainnya yang ikut berkontribusi dalam proses tersebut. Saya tidak akan membahas sampai terlalu mendetil secara biologis, namun saya lebih ingin bicara mengenai aplikasi dan pemanfaatan dari beberapa anatomi seksual lain yang kurang mendapat sorotan *grin and smirk*.

  Pada intimate-area wanita, terdapat 3 lubang : lubang kemih (urethra), vagina, dan anus. Lubang kemih merupakan lubang saluran pembuangan air kecil (men don’t put their penis into this hole), vagina merupakan saluran pengeluaran darah menstruasi dan saluran untuk berkembang biak (this is the hole man puts his penis into), dan anus merupakan lubang saluran pembuangan feses (and sometimes this is also the hole man puts his penis into, that we come with the term ‘anal sex’, yet it's unusual and I’m not going to talk about anal sex any further). It could be surprising at times but believe it or not, some people have this pathetic concept that vagina and urethra are the same hole. No honey, no, women don't bleed and pee from the same hole.  

this picture is taken from Google.

  Vagina dilindungi oleh pubic hair dan labia (labia major dan minor seperti yang ada pada gambar). Pubic hair tidak seharusnya dipangkas rata, pubic hair boleh dirapikan (trimming) namun tidak boleh digunduli karena ia ikut berperan sebagai pelindung vagina. Dosen saya juga berpesan bagi para wanita untuk tidak perlu menggunakan sabun khusus daerah kewanitaan karena justru sabun ini akan membunuh ‘kuman baik’ yang sebetulnya berfungsi untuk menjaga sistem imun organ intim.  

  Klitoris terdiri dari satu daerah bulat atau kepala, disebut kelenjar, dan bagian yang lebih panjang, disebut batang, yang memiliki bentuk-bentuk cekungan mirip dengan yang dipunyai penis. Jaringan dari labia minor biasanya menutupi batang klitoris. Satu-satunya bagian dari klitoris yang dapat dilihat langsung adalah kelenjarnya, yang terlihat seperti kancing kecil berkilat. Ukuran dan bentuknya berbeda-beda pada setiap wanita. Ada banyak sekali saraf dalam klitoris dan di daerah sekitarnya. Hal ini menjadikan area klitoris sebagai organ yang sangat sensitif terhadap rangsang sentuhan.

  Klitoris tidak sama dengan G-spot. G-spot merupakan organ seksual internal pada wanita. Titik ini terletak sekitar 1 - 2 inci di dalam vagina dan lokasinya berbeda pada masing-masing wanita. The G spot is very sensitive and swells during sexual excitement, which is why it brings women to orgasm when the man has it hit from the right angle.

  Pada laki-laki, lubang kemih (urethra) merupakan saluran pembuangan air kecil dan juga sekaligus merangkap saluran pengeluaran semen (cairan sperma) saat ejakulasi. Saluran urethra terdapat di dalam penis. Penis tidak sama dengan testis. Penis merupakan organ seksual yang berbentuk batang (memanjang dan memendek tergantung pada suhu atau rangsangan seksual). Testis (testicles) merupakan kelenjar kelamin jantan. Laki-laki mempunyai dua testis yang dibungkus dengan skrotum (my opinion: like a sack with two walnuts in it). Pada testis ini sperma dan hormon seksual dihasilkan. Testis juga sangat sensitif terhadap rangsang sentuhan. 


Now we get down to the real deal. Talking about sex is as quite the same thing as talking about love. Both are wonderfully captivating topics to discuss, but they are not anywhere near as easy as any other topic is. I could try to explain sexuality or love in a million ways but still not catching the right drop. Thus I humbly ask you to try to read and comprehend my writing with an open willing mind. I really appreciate an open mind, I do.

First thing first, virginity is something that each person has a right to control over each own. It is about being given, not taken. As an individual, each of us has all the rightful access to our own body and how we’re going to treat it. What I’m emphasizing here is do what makes you truly happy. You own yourself so make sure you own something worth keeping. If you want to explore your sexuality in the series of raging rampant ways then by all means go ahead. If you want to save your virginity for marriage then by all means keep it. A little note tho: Lass, don’t spread your legs for every man. Lads, don’t collect notches on bedpost for fun. You don’t want to catch STDs, do you?

Some facts about the famous virginal hymen (selaput dara): 1. Setiap perempuan memiliki tipe selaput yang berbeda: ada yang tebal dan ada yang tipis. Konsep bahwa keperawanan konon ditandai dengan pecahnya selaput dara sesungguhnya bukan parameter yang valid. Perempuan dengan selaput dara yang tipis dapat dengan mudah kehilangan selaput dara-nya saat ia terjatuh atau memanjat. Kembali lagi ke masing-masing pribadi, apakah itu keperawanan (virginity)? Isn’t it over-rated? Apakah keperawanan ditandai dengan selaput dara yang utuh atau sebetulnya lebih kepada seorang perempuan yang belum melakukan seks willingly di luar nikah? 2. Pecahnya selaput dara saat melakukan sexual intercourse pertama kali dirumorkan sebagai suatu pengalaman yang menyakitkanBut the fact is it won’t hurt as much as people make it out to be IF your foreplay is satisfying and accommodatingThe vagina is elastic: so if a woman is stimulated and relaxed enough, her cavern will enlarge and lubricate itself. It only takes easing up and creating the mood to hit a home-run.

Seks dibedakan menjadi oral sex, anal sex, dan sexual intercourse. Oral sex meliputi aktivitas seksual dengan memberikan stimulasi alat kelamin pasangan seks dengan menggunakan mulut, lidah, gigi atau tenggorokan. Oral seks yang dilakukan pada wanita oleh pria disebut cunnilingus sedangkan pada pria oleh wanita disebut fellatio (blowjob). Anal sex adalah ketika terjadi penetrasi penis ke dalam anus, sementara anilingus merupakan pemberian stimuli rangsangan di bagian anus. Penetrasi ke dalam lubang vagina atau anus bisa dilakukan dengan penis, jari (fingering), dan sex toys. Oral seks biasanya dilakukan sebagai an act of foreplay

Sexual intercourse merupakan hal yang berbeda dari segala jenis seks di paragraf sebelumnya. Pada sexual intercourse, penis melakukan penetrasi ke dalam lubang vagina dengan tujuan memenuhi kepuasan seksual atau/dan reproduksi. This is called ‘intercourse’ because it is supposed to be an act of bonding between individuals, both emotionally and physically in pleasure. Yet we know nowadays some things aren’t the way they used to be. 

Lastly, COMMUNICATE it with your partner. As it is with relationship or even friendship, sex is also a two-way thing. Tell them which spot you love having it touched and which you don’t. Listen to their preferences as well. Work your way through it folks, if sex is anything it would be first and always an enhancer. Don’t you worry ladies and gents! Get to know your intimate areas better and they will take care of you.

P.S. I thank God the Almighty for my parents having neither the knowledge on how to access the internet nor the need to learn how, or else they would find their youngest daughter, openly talking and encouraging people to embark on the exploration of the righteous journey on SEX, ha! But for real, yes, I do think you should start pacing down the path.

Hasta la Vista, thank you for keeping up with me.

Jumat, 14 Februari 2014

A Little Thought On Love

Setelah mengikuti kelas pertama mata kuliah Perilaku Seksual (Senin/10-01-2014), saya sedikit banyak berpikir tentang apa yang saya sudah dapatkan dari materi yang telah disampaikan. Well frankly speaking, I’m not that good in pouring my thoughts into words. Sometimes words never mean what we want them to mean, but alas I’ll try my best shot.

Hal pertama yang menangkap perhatian saya adalah kalimat ‘We love because we think we love’.
Ini adalah sebuah penyataan yang dilontarkan berdasarkan sudut pandang teori kognitif. Sebetulnya konsep ini pernah melintas dalam pikiran karena saya pernah membaca sebuah buku yang kurang lebih mengargumentasikan tentang sumber eksistensi cinta, namun membaca kalimat tersebut di layar proyektor ruangan kelas (sungguh unexpected), saya jadi kembali banyak merenung mengenai hal ini. Dalam buku yang saya baca, Everything Is Illuminated karya Jonathan Safran Foer (I really devoured it by the way it is an enjoyable thoughtful book), salah satu tokoh utama dalam buku itu menyimpulkan bahwa seringkali cinta itu sebetulnya ‘tidak ada’. Yang sesungguhnya ada adalah ide kita (pikiran kita) akan cinta itu sendiri. Seringkali kita tidak sesungguhnya mencintai namun kita pikir kita sudah mencintai (We don’t actually love them. We think we love them). 

Love does exist, but rarely so. What we often love is our love for love, not the persons themselves. Untuk mendukung refleksi pemikiran saya mengenai cinta dari sudut pandang kognitif, berikut saya kutip sebuah bagian dari buku tersebut:
                  
            “… And when Yankel said he would die for Brod, he certainly meant it, but that thing he would die for was not Brod… but his love for her. And when she said, Father, I love you, she was neither naïve nor dishonest, but the opposite: she was wise and truthful enough to lie. They reciprocated the great and saving lie: that our love for things is greater than our love for our love for things… willfully playing the parts they wrote for themselves, willfully creating and believing fictions necessary for life”. (Jonathan Safran Foer, 2002).

Pandangan teori kognitif juga membawa saya berpikir bahwa kita juga seringkali jatuh cinta dengan ide dan khayalan kita sendiri. Kita pikir kita mencintai orang itu, padahal kenyataannya yang kita cintai adalah konsep kita mengenai orang itu. Kognisi kita membangun citra seseorang menjadi sedemikian rupa dalam pandangan kita, padahal orang tersebut belum tentu sedemikian adanya di realita sebenarnya.

A quote from the TV series, White Collar.

Hal kedua yang menangkap perhatian saya yaitu mengenai cinta dalam relationship. Pernyataan bahwa passion hanya hadir di awal hubungan namun inevitably akan memudar  merupakan hal yang wajar dan normal. Kita tentu bisa mengharapkan hubungan yang menyenangkan, namun menginginkan kepastian bahwa gairah akan selalu ada sepanjang hubungan berlangsung merupakan harapan yang terlalu muluk. Passion memang salah satu elemen yang paling penting, namun apabila tidak diiringi intimacy dan komitmen untuk menjalani hubungan maka dapat dipastikan hubungan itu akan kandas seiring dengan memudarnya passion.

Kita sering salah mengartikan excitement sebagai cinta. Excitement is not love. All the fun and reckless silly things we do when we’re in love surely are exciting, but truth is you can’t make a relationship based only on the excitement tingles. We can always love someone but we can’t always be in love with them. We need to feel safe and secure to bare our true colors open in front of our partner, which is profound in working on a relationship out. You certainly can’t do this if your partner could only excite you physically but never could understand you as you truly are. I believe we all want our relationship to be fun, but we don’t want it to be just for fun, right?

Quoted from www.brainpicking.org 

The last but not the least, we know that communication is also one of the most important aspects of a healthy and satisfying relationship. Komunikasi seharusnya tidak hanya dilakukan untuk membicarakan hal-hal yang baik saja, namun juga dilakukan untuk membicarakan masalah yang ada. Jangan mengesampingkan masalah yang belum terselesaikan dengan baik hanya karena ‘we don’t feel like talking about it’. No. No, we should never turn our back on the-so-called little problems. Menganggap remeh dan mengesampingkan masalah-masalah sepele dalam hubungan bisa diibaratkan seperti menumpuk laundry kotor di bawah kolong ranjang. Lama-kelamaan tumpukan laundry ini akan mengeluarkan bau yang tidak enak, sama seperti tumpukan masalah ‘sepele’ yang malah berkembang menjadi masalah-masalah lain yang lebih besar.

Mengkomunikasikan konflik bukanlah hal yang mudah apalagi menyenangkan. Giving advices is something that anyone could do. Acting on it is what matters. Susah untuk membicarakan masalah secara baik-baik saat kedua belah pihak sedang naik pitam. Lebih susah lagi jika salah satu pihak memang tidak koperatif dalam berkomunikasi: pasif dan tidak ada keinginan untuk menyelesaikan masalah. Make sure you’re in a relationship with someone who has the willing and efforts to work on things with you.

Saat kita merasa tersinggung oleh tindakan pasangan kita, maka hal yang bijaksana untuk dilakukan adalah memberitahu dia secara baik-baik bahwa memang kita tidak suka. Katakan tidak suka saat kita tidak suka. Katakan suka saat kita memang suka. Jangan berdiam diri dalam ilusi bahwa entah bagaimana caranya pasangan kita itu tahu bahwa kita sedang marah. Bentuk delusi yang paling sederhana adalah saat kita berharap seseorang bisa mengetahui penyebab kemarahan kita hanya dengan melihat kita diam seribu bahasa. Pasangan kita berhak mengetahui apa yang kita rasakan dan kita berhak mengungkapkan apa yang mereka perlu ketahui

Well it's about time I quit my rattling, thank you for keeping up with me